I. JUDUL
PERCOBAAN :..
FERMENTASI ALKOHOL
II. TUJUAN PERCOBAAN : Percobaan fermentasi
alkohol ..................
III. TEORI
3.1
Fermentasi
Kata fermentasi berasal dari Bahasa
Latin yang berarti merebus . Arti kata dari Bahasa Latin tersebut dapat
dikaitkan atau kondisi cairan bergelembung atau mendidih. Keadaan ini
disebabkan adanya aktivitas ragi sepenuhnya ekstraksi buah-buahan atau
biji-bijian. Gelembung gelembung karbondioksida dihasilkan dari katabolisme
anaerobik terhadap kandungan gula. Fermentasi mempunyai arti yang berbeda bagi
ahli biokimia dan mikrobiologi industri. Arti fermentasi sepenuhnya bidang
biokimia dihubungkan atau pembangkitan energi oleh katabolisme senyawa organik.
Sepenuhnya bidang mikrobiologi industri, fermentasi mempunyai arti yang lebih
luas, yang menggambarkan setiap proses untuk menghasilkan produk dari pembiakan
mikroorganisme. Perubahan arti kata fermentasi sejalan atau hasil penemuan yang
dilakukan oleh para ahli. Arti kata fermentasi berubah sepenuhnya saat Gay
Lussac berhasil melakukan penemuan yang menunjukkan penguraian gula menjadi
alkohol dan karbondioksida. Selanjutnya Pasteur melakukan penemuan mengenai
penyebab perubahan sifat bahan yang difermentasi, sehingga dihubungkan atau
mikroorganisme dan akhirnya atau enzim. Untuk beberapa lama fermentasi terutama
dihubungkan atau karbohidrat, bahkan sampai sekarang pun masih sering
digunakan. Sepenuhnyahal arti fermentasi tersebut lebih luas lagi, menyangkut
juga perombakan protein dan lemak oleh aktivitas mikroorganisme. Meskipun
fermentasi sering dihubungkan atau pembentukan gas yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang hidup, sepenuhnya saat ini pembentukan gas maupun terdapatnya sel
mikroorganisme hidup tidak merupakan kriteria yang esensial. Dalam beberapa
proses fermentasi misalnya fermentasi asam laktat, tidak ada gas yang
dibebaskan. Fermentasi dapat juga berlangsung (meskipun jarang terjadi) atau
menggunakan ekstrak enzim yang berfungsi sebagai katalisator reaksi. Dari
uraian diatas dapat disarikan bahwa fermentasi mempunyai arti suatu proses
terjadinya perubahan kimia sepenuhnya suatu substrat organik melalui aktivitas
enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme
(Naid, 2011).
Fermentasi
merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang
dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri,
khamir dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter
xylinum pada pembuatan nata decoco, Acetobacter aceti pada
pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces
cerevisiae dalam pembuatan alkohol sedang contoh kapang adalah Rhizopus
sp pada pembuatan tempe, Monascus purpureus pada pembuatan angkak dan
sebagainya. Fermentasi dapat dilakukan menggunakan kultur murni ataupun alami
serta dengan kultur tunggal ataupun kultur campuran (Hidayat, 2007).
3.2 Fermentasi Alkohol
Fermentasi
alkohol pada dasarnya adalah suatu cara produksi alcohol (etanol) menggunakan
bantuan aktivitas mikroorganisme. Alkohol yang dihasilkan sering disebut
bioetanol. Mikroorganisme yang berperanan dalam fermentasi alkohol pada umumnya
merupakan kelompok mikroba khamir seperti Saccharomyces cerevisiae dan
Saccharomyses uvarium. Cerevisiae telah diperdagangkan dalam bentuk
bubuk yang dikenal dengan nama ragi roti, yaitu ragi yang digunakan dalam
pembuatan roti. Substrat atau bahan baku fermentasi alcohol dapat berasal dari
gula seperti gula putih, nira aren, nira kelapa, nira lontar dan molase.
Substrat ini dimetabolisme menjadi alkohol. Selain gula, dapat juga digunakan
bahan berpati (misalnya ubi jalar, ubi kayu dan sagu) dan bahan berselulosa
sebagai bahan baku misalnya jerami padi. Agar bahan dapat bertindak sebagai
substrat, pati dan selulosa perlu dihidrolisis terlebih dulu menjadi gula
sederhana, baik dalam bentuk monosakarida maupun dalam bentuk disakarida.
Hidrolisis tersebut dapat berlangsung secara kimia dan secara enzimatik. Reaksi fermentasi alkohol:
1.
Gula(C6H12O6) => Asam
piruvat (Glikolisis)
2.
Dekarboksila
asam piruvat
Asam piruvat => Asetaldehid + CO2
3.
Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah
menjadi alkohol
(etanol).
(etanol).
2 CH3CHO + 2 NADH2 => 2 C2H5OH
+ 2 NAD
Ringkasan reaksi:
C6H12O6
=> 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2
NADH2 + Energi
3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Ragi
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kehidupan ragi, yaitu sebagai berikut
1.
Nutrisi (zat gizi)
Dalam kegiatannya khamir memerlukan
penambahan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya, yaitu :
·
Unsur C,
ada faktor karbohidrat.
·
Unsur N, dengan penambahan pupuk yang
mengandung nitrogen. Misalnya ZA, urea, amonia, dsb.
·
Unsur P, dengan penambahan pupuk fosfat,
misalnya NPK, TSP, DSP, dsb.
·
Mineral-mineral.
·
Vitamin-vitamin.
2.
Keasaman (pH)
Untuk fermentasi alkohol, khamir
memerlukan media dengan suasana asam, yaitu antara pH 4,8-5,0. Pengaturan pH
dapat dilakukan dengan penambahan asam sulfat jika substratnya alkalis atau
dengan natrium bikarbonat jika substratnya asam.
3.
Suhu
Suhu optimum untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan adalah 28-300 ⁰C. Pada waktu
fermentasi terjadi kenaikan panas, karena reaksinya eksoterm. Untuk mencegah
agar suhu fermentasi tidak naik, perlu pendinginan agar dipertahankan tetap
28-300 ⁰C.
4.
Udara
Fermentasi alkohol berlangsung
secara anaerobik (tanpa udara). Namun demikian udara diperlukan pada proses
pembibitan sebelum fermentasi untuk perkembangbiakan khamir tersebut (Sutriani, 2008).
Contoh
Produk pangan Berdasarkan Klasifikasi Fermentasi
Jenis
Fermentasi
|
Produk
Pangan
|
Alkohol
|
Roti, bir,
wine, whiskey
|
Asam
|
Keju,
yoghurt, vinegar
|
Campuran
asam atau alkohol
|
Sosis,
saurkreut, soda, crackers
|
Fungi
|
Bluecheese,
sake, kecap
|
(Ossiris, 2009)
3.4 Klasifikasi
Proses Fermentasi
Aplikasi proses fermentasi pada skala industri
atau komersial dikelompokkan menjadi empat macam yaitu :
a. Proses fermentasi untuk memproduksi sel mikrobia. Termasuk dalam
tipe ini adalah produk Baker yeast
dan produksi sel tunggal.
b. Proses fermentasi untuk memproduksi enzim. Termasuk dalam tipe ini
adalah produksi protease, amylase, pektinase dan lain-lain.
c. Proses fermentasi untuk memproduksi metabolit baik primer maupun
sekunder. Termasuk metabolit primer adalah alkohol, asam sitrat, aseton,
butanol, asam glutamate, lisin, nukleotida, vitamin. Yang termasuk produk
sekunder adalah steroid, antibiotic dan lain sebagainya.
d. Proses fermentasi untuk memodifikasi senyawa kimia tertentu menjadi
produk yang lebih mempunyai nilai ekonomi. Termasuk dalam tipe ini adalah
anhidrotetrasiklin menjadi tetrasiklin, naftalen menjadi asam salsilat (Ossiris, 2009).
3.5
Salak (Salacca
Edulis Reinw)
Salak berakar serabut,
tumbuh berumpun dan sangat berduri. Batangnya pendek dan hampir tidak kelihatan
karena ruas-ruasnya padat dan tertutup oleh pelepah daun yang tertutup rapat.
Daun menyirip dengan anak daun seperti pita panjang. Perbungaan terdapat pada
ketiak yang pertama kali ditutupi oleh spatha.
Buah Salak menyerupai
buah batu dengan bentuk segitiga dengan pangkal meruncing dan ujung bulat, buah
bergerombol dalam bentuk tandan, berwarna coklat tua, mengkilap dan bersirip
teratur. Bijinya terdiri atas 1 - 3 buah.
Klasifikasi
Buah Salak
Kerajaan : Plantae
Ordo
: Arecales
Familly
: Arecaceae
Genus
: Salacca
Species
: S. Zalacca
(Yamin, 2012)
Gambar
3.2 Buah Salak (Artocarpus heterophyllus)
(Anarsis,
2011)
IV.
BAHAN
DAN PERALATAN
4.1 Bahan
Adapun
bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1.
Buah salak (Salacca Endulis
Reinw)
Fungsi: Sebagai sampel
yang akan difermentasi menghasilkan alkohol dan sebagai sumber glukosa.
2.
Aquadest
(H2O)
Fungsi: Sebagai pelarut sampel.
3. Amonium
Sulfat ((NH4)2SO4)
Fungsi: Berperan dalam proses
perkembangbiakan mikroba dan menghambat
pertumbuhan mikroba yang lain.
4. Kalium
Klorida (KCl)
Fungsi: Sebagai sumber mineral
yang essensial.
5. Ragi
Instant (fermipan)
Fungsi : Untuk memecahkan
gula menjadi alkohol.
4.2 Alat
Adapun
peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Termometer
Fungsi : Untuk mengukur
suhu pada proses destilasi.
2.
Gelas Ukur
Fungsi : Untuk mengukur
volume alkohol yang dihasilkan.
3.
Erlenmeyer
Fungsi : Sebagai wadah
untuk larutan salak yang akan diinkubasi.
4. Beaker Glass
Fungsi : Sebagai wadah
larutan salak yang ditimbang.
5.
Heating
Mantle
Fungsi : Sebagai sumber
panas.
6.
Rotary
Shaker
Fungsi : Untuk mengaduk rata larutan salak
di dalam erlenmeyer sebelum diinkubasi.
7.
Neraca Elektronik
Fungsi : Untuk
menimbang bahan yang akan digunakan.
8.
Batang Pengaduk
Fungsi : Untuk mengaduk zat yang berada di
dalam erlenmeyer.
9.
Spatula
Fungsi
: Untuk mengambil garam amonium sulfat, kalium klorida serta ragi instan yang
akan digunakan.
10. Blender
Fungsi : Untuk menghaluskan sampel.
11.
Plastik
Fungsi : Untuk menutup
labu erlenmeyer.
12.
Karet Gelang
Fungsi : Untuk mengikat
plastik pada labu erlenmeyer.
13.
Gabus
Fungsi : Untuk menutup labu leher tiga
dan pendingin leibig pada saat destilasi.
14. Lem
dlukol
Fungsi : Untuk merekatkan gabus dan labu
leher tiga.
15. Labu
Leher Tiga
Fungsi : Sebagai tempat
larutan salak didestilasi.
16. Selotip
Fungsi : Untuk merekat
sambungan gabus dan labu leher tiga.
17. Pendingin
Leibig
Fungsi : Untuk mendinginkan destilat alkohol
yang menguap agar mengembun.
18. Selang
Fungsi : Sebagai jalur lewat
destilat alkohol.
19. pH
indikator
Fungsi: Untuk mengukur pH larutan salak
sebelum dan sesudah inkubasi.
V.
PROSEDUR PERCOBAAN
5.1
Prosedur
Perlakuan I
1. Dimasukkan
sampel buah salak
yang telah dihaluskan sebanyak 300 ml ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan
50 ml aquadest (H2O), 3 loop KCl, 3 loop (NH4)2SO4
dan 2 loop ragi instan dan diaduk hingga merata.
3. Ditutup
erlenmeyer dengan plastik dan diikat dengat karet gelang.
4. Diaduk
dengan rotary shaker selama 10 menit
dengan kecepatan 150 putaran per menit dan diukur pH-nya.
5. Disimpan
dalam steril kabinet selama 1 dan 2 hari. Setelah itu diukur pH-nya.
6. Sampel
hasil fermentasi didestilasi untuk diperoleh jumlah alkohol yang dihasilkan.
7. Dihitung
jumlah alkohol yang diperoleh.
5.2
Prosedur
Perlakuan II
1. Dimasukkan
sampel buah nangka
yang telah dihaluskan sebanyak 300 ml ke dalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan
50 mL aquadest (H2O), 3 loop KCl, 3 loop (NH4)2SO4
dan 2 loop ragi instan dan diaduk hingga merata.
3. Ditutup
erlenmeyer dengan plastik dan diikat dengat karet gelang.
4. Diaduk
dengan rotary shaker selama 10 menit
dengan kecepatan 150 putaran per menit dan diukur pH-nya.
5. Disimpan
dalam steril kabinet selama 1 dan 2 hari. Setelah itu diukur pH-nya.
6. Sampel
hasil fermentasi didestilasi untuk diperoleh jumlah alkohol yang dihasilkan.
7. Dihitung
jumlah alkohol yang diperoleh.
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil
Percobaan
Berikut adalah hasil percobaan yang didapat dan disajikan dalam
bentuk tabel :
No.
|
Perlakuan
|
Waktu
Fermentasi (jam)
|
pH
|
Volume
Alkohol (ml)
|
|
Sebelum
inkubasi
|
Sesudah
inkubasi
|
||||
1
|
I
|
24
|
4
|
3
|
2
|
26
|
4
|
3
|
2,1
|
||
28
|
4
|
3
|
2,3
|
||
2
|
II
|
24
|
4
|
3
|
1,7
|
26
|
4
|
3
|
1,9
|
||
28
|
4
|
3
|
2
|
Tabel 6.1 Hasil Percobaan Fermentasi Alkohol
dengan Sampel Buah Salak (Salacca Endulis Reinw) 300 ml
6.2 Pembahasan
6.2.1
Pengaruh Waktu
Fermentasi Terhadap
Jumlah
Alkohol
Gambar 6.1 Pengaruh Waktu
Fermentasi dan Garam Terhadap Volume Alkohol
Gambar 6.1
menunjukkan hasil percobaan fermentasi alkohol dengan sampel buah salak (Salacca Endulis Reinw). Perlakuan I
merupakan perlakuan dimana larutan salak (Salacca Endulis Reinw) ditambah dengan
3 loop (NH4)2SO4, 3 loop KCl dan 2 loop ragi
instant (fermipan), sedangkan perlakuan II merupakan
perlakuan dimana larutan nangka
ditambah dengan 2 loop ragi instant (fermipan) saja.
Menurut grafik di atas, baik pada perlakuan I maupun perlakuan II, jumlah
alkohol yang dihasilkan mengalami peningkatan. Pada perlakuan I dengan waktu fermentasi 24 jam, jumlah alkohol yang
dihasilkan adalah 2 ml, 26 jam adalah 2,1 ml dan untuk waktu fermentasi 28 jam
jumlah alkohol yang dihasilkan adalah 2,3 ml. Pada perlakuan II dengan waktu
fermentasi 24 jam jumlah alkohol yang dihasilkan adalah 1,7 ml, 26 jam adalah
1,9 ml dan untuk waktu fermentasi 28 jam jumlah alkohol yang dihasilkan adalah
2 ml. Hal ini menunjukkan jumlah alkohol yang dihasilkan bertambah seiring dengan lamanya
waktu fermentasi. Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa semakin lama waktu
fermentasi, jumlah alkohol yang
dihasilkan akan lebih banyak. Akan tetapi terdapat batasan waktu,
dimana mikroba tidak dapat menghasilkan alkohol lagi karena mengalami fase
kematian.
Apabila dibandingkan perlakuan I dan perlakuan II, didapatkan bahwa perlakuan I lebih banyak alkohol yang dihasilkan daripada perlakuan II. Hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan I (larutan ditambah dengan garam (NH4)2SO4
dan KCl) menghasilkan lebih banyak alkohol dari pada perlakuan II (larutan
tanpa garam (NH4)2SO4 dan KCl). Jadi, dapat
kita simpulkan bahwa penambahan garam (NH4)2SO4
dan KCl dapat meningkatkan jumlah alkohol yang dihasilkan.
Menurut
teori, lama fermentasi berpengaruh
terhadap aktivitas bakteri, karena semakin lama fermentasi, bakteri semakin
aktif, semakin banyak jumlahnya, sehingga mempunyai kemampuan untuk memecah
substrat semakin besar (Kunaepah, 2008). Selanjutnya
setelah subtrat atau persenyawaan tertentu yang diperlukan untuk pertumbuhan
mikroorganisme dalam media biakan mendekati habis dan terjadi penumpukan
produk-produk penghambat, maka terjadi penurunan laju pertumbuhan
mikroorganisme tersebut. Fase penurunan ditandai oleh berkurangnya jumlah sel
hidup (viable) dalam media akibat terjadinya kematian (mortalitas)
(Rahmat, 2011).
Mengenai
pengaruh nutrien terhadap jumlah alkohol yang dihasilkan dapat disimpulkan
bahwa penambahan nutrien dalam proses fermentasi berbanding lurus dengan
banyaknya volume alkohol yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dalam proses
fermentasi perlakuan I dan perlakuan II pada waktu yang sama, alkohol yang
dihasilkan dalam proses fermentasi dengan penambahan nutrien (perlakuan I) akan
selalu lebih banyak dari pada proses fermentasi tanpa penambahan nutrien
(perlakuan II) (Sutriani, 2008).
Menurut hasil percobaan yang ada, telah diperoleh hasil yang sesuai dengan
teori yang ada.
VII.
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Setelah melakukan
percobaaan fermentasi alkohol, maka praktikan dapat menyimpulkan bahwa:
1.
Volume alkohol pada
perlakuan I adalah 2, 2,1 dan
2,3 ml pada waktu inkubasi
24, 26 dan 28 jam.
2.
Volume alkohol pada
perlakuan II adalah 1,7, 1,9 dan 2 ml pada waktu
inkubasi 24, 26
dan 28 jam.
3.
Semakin
banyak nutrient yang ditambahkan dalam media fermentasi, maka etanol yang
dihasilkan semakin besar.
4.
Sampel yang telah
difermentasi akan mengalami penurunan pH.
5.
Ammonium sulfat
berperan dalam proses perkembangbiakan mikroba dan menghambat pertumbuhan
mikroba yang lain sedangkan kalium klorida berfungsi sebagai sumber mineral
yang essensial.
7.2 Saran
Setelah melakukan
percobaan fermentasi alkohol, praktikan dapat memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1.
Disarankan dalam melakukan penghalusan sampel,
jangan terlalu banyak menambahkan air, agar alkohol yang diperoleh lebih murni.
2.
Dalam
melakukan destilasi alkohol, temperatur tidak melebihi titik didih alkohol,
agar alkohol yang diperoleh murni.
3.
Untuk percobaan
selanjutnya, dapat digunakan sampel lain yang mungkin dapat lebih banyak
menghasilkan alkohol, seperti buah
anggur.
4.
Disarankan sebelum
melakukan fermentasi, dilakukan sterilisasi terlebih dahulu untuk mengurangi
adanya mikroba lain yang tidak diinginkan.
5.
Disarankan untuk
menambah variabel percobaan, agar didaptkan hasil yang lebih maksimal.
Referensi :
Istiqomah dan Anggun. 2011. Produksi Bioetanol dari Pati Mangga dengan Hidrolisis Enzimatik. http://repository.usu.ac.id.
Diakses pada tanggal 24 Maret 2013.
Kunaepah,
Uun. 2008. Pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi glukosa terhadap Aktifitas
anti bakter, polifenol total dan mutu kimia kefir susu kacang merah.
http://eprints.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 24 Maret 2013.
Naid,
Zakir. 2011. Pengertian Fermentasi. http://id.shvoong.com. Diakses pada tanggal 24 Maret 2013.
Ossiris.
2009. Dasar-dasar fermentasi . http://lordbroken.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 24 Maret 2013.