BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Titrasi adalah suatu
metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu larutan dengan larutan lain yang
telah diketahui konsentrasinya. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Wiro Alex, 2009).
Mempelajari titrasi amatlah penting
bagi mahasiswa yang mengambil jurusan kimia dan bidang-bidang yang berhubungan
dengannya. Titrasi sampai sekarang masih banyak dipakai di laboratorium
industri disebabkan teknik ini cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen.
Metode analisis dengan
volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah asidi alkalimetri.
Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan kadar suatu zat
berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang telah diketahui
kadarnya dengan tepat.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi
agar suatu reaksi kimia dapat dijadikan basis titrasi:
1. Reaksi tersebut harus diproses sesuai
persamaan kimiawi tertentu. Seharusnya tidak ada reaksi sampingan.
2. Reaksi tersebut harus
diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalen.
3. Harus tersedia beberapa metode untuk menentukan
kapan titik ekivalen tercapai.
4. Diharapkan
reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat diselesaikan dalam
beberapa menit (Underwood, 1986).
Titran ditambahkan sedikit demi
sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana titran bereaksi secara ekivalen
dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan analit keadaan ini
disebut sebagai titik ekivalen.
Keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan adanya berubahan warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi.
Titrasi yang bagus memiliki titik ekivalen yang berdekatan dengan titik akhir
titrasi dan kalau bisa sama.
1.2 Perumusan Masalah
Hal-hal atau permasalahan yang timbul dalam percobaan penentuan
asam asetat dengan titrasi Asidi-Alkalimetri ini adalah bagaimana cara untuk menentukan
kadar suatu larutan asam ataupun basa dengan prinsip titrasi
Asidi-Alkalimetri.
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari titrasi asidi- alkalimetri,
dalam penentuan kadar Asam Asetat.
1.4 Manfaat Percobaan
Manfaat
yang dapat diambil dari percobaan Asidi Alkalimetri ini antara lain :
1.
Dapat
mengetahui dan memahami prinsip titrasi Asidi Alkalimetri.
2.
Dapat
melaksanakan percobaan Asidi Alkalimetri dengan tepat dan benar.
3.Dapat menentukan kadar sampel larutan asam
asetat sesuai dengan prinsip titrasi
Asidi Alkalimetri.
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Praktikum
Kimia Analisa modul Analisis Volumetrik – Titrasi Asam Basa ini dilaksanakan di
Laboratorium Kimia Analisa, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara dengan kondisi ruangan :
Tekanan : 760mmHg
Suhu : 30 oC
Adapun
bahan-bahan yang digunakan selama percobaan ini adalah asam cuka Beras (CH3COOH),asam sulfat (H2SO4) 0,3 M, natrium hidroksida
(NaOH) 0,2 N, dan indikator phenolphtalein.
Sedangkan
peralatan-peralatan yang digunakan selama percobaan ini adalah statif dan klem,
buret, beaker glass, erlenmeyer,
gelas ukur, pipet tetes, corong dan batang pengaduk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asidi-Alkalimetri
Asidimetri adalah analisa
titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dansebagai analitnya
adalah basa atau senyawa yang bersifat basa. Sedangkan alkalimetri
padaprinsipnya adalah analisa titrimetri yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya dananalitnya adalah asam
atau senyawa yang bersifat asam (Rattiqah, 2011)
G.N.
Lewis menyatakan bahwa konsep asam dan basa dapat berlaku umum untuk mencakup
reaksi reaksi oksida asam dan oksida basa dan sejumlah reaksi lainnya, termasuk
reaksi transfer proton.
Menurut
konsep ini, suatu asam lewis adalah spesi yang dapat membentuk ikatan kovalen
dengan menerima pasangan elektron bebas dari spesi yang lain (asam sebagai
akseptor pasangan elektron bebas). Suatu basa Lewis adalah spesi yang dapat
membentuk ikatan kovalen dengan memberikan pasangan elektron kepada spesi lain.
Konsep asam-basa Lewis dan Bronsted-Lowry berbeda menurut cara pandangnya
terhadap reaksi kimia tertentu.
Proton adalah suatu akseptor (penerima) pasangan elektron
bebas, yang menurut Lewis adalah asam. Ammonia yang memiliki pasangan elektron
bebas merupakan donatur pasangan elektron bebas, karena itu amonia adalah basa
Lewis.
(Adipedia,2013b)
2.2 Titrasi Asam-Basa
Salah satu aplikasi
stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi merupakan suatu metode yang
bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang
dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat yang
akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai “titran” dan biasanya diletakkan
di dalam labu erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai titer atau titrat dan biasanya diletakkan di dalam buret.
Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan.
Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh
bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa atau
aside alkalimetri, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya (Pangganti, 2012).
2.3 Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam
maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi
tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant
dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna
indikator. Keadaan ini disebut sebagai titik
ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi
basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam
yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana
titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut
sebagai titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir
titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering
disebut juga sebagai titik ekuivalen (Lestari, 2012).
Ada dua
cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai
pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian
membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi.
Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.
2. Memakai
indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi
dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi,
pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan,
tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis. Indikator yang dipakai
dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi
oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah
dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik
akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat
dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang
akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan
warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi” (Wiro Alex, 2009).
Pada saat titik ekuivalen ini maka
proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk
mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan
konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan (netralisasi). Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi
asam kuat-basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida
(HCl), persamaan reaksinya sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) => NaCl (aq) + H2O(l)
contoh
lain yaitu:
NaOH(aq) + H2SO4(aq) => Na2SO4 (aq) + H2O(l)
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Titrasi
Asam Basa
Faktor yang
mempengaruhi titrasi asam basa berhubungan dengan kelayakan praktis dari
titrasi. Beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain :
1.
Besarnya tetapan kesetimbangan
Konsentrasi zat yang dititrasi dan titran
mempengaruhi besarnya ∆pH. Namun jika kita diberikan sekumpulan kondisi
tertentu yang harus dipenuhi, kita dapat membuat suatu perhitungan yang lebih
sederhana untuk menentukan besarnya K, umumnya diinginkan agar semua zat yang
dititrasi diubah menjadi produk pada atau didekat titik ekivalen.
2.
Pengaruh Konsentrasi
Pengaruh konsentrasi dapat dilihat dari gambar 2.2
Gambar 2.2 Grafik Pengaruh konsentrasi pada kurva
titrasi asam basa
(Day dan Underwood, 2002)
Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. `Semakin kecil nilai Ka, makin tinggi
pH pada titik ekivalen dan makin kecil ∆pH.
2.
Meningkatnya HA yang dititrasi dalam volume awal akan menurunkan ∆pH.
3. Jumlah HA
yang dititrasi sama, tetapi volume awal dikurangi maka meningkatkan ∆pH.
4. Meningkatnya
konsentrasi titran meningkatkan HA yang dititrasi dalam volume awal akan menurunkan ∆pH.
2.5 Indikator Titrasi
Berdasarkan senyawa yang menyusunnya, indikator titrasi asam
– basa diklasifikasikan dalam 3 golongan yaitu :
a. Indikator Ftalein dan Indikator Sulfoftalein
Indikator
ftalein dibuat dengan kondensasi anhidrida ftalein (anhidrida ftalat) dengan
fenol yaitu terbentuk fenolftalein. Pada pH 8,0 – 9,8 berubah warnanya menjadi
merah. Anggota-anggota lainnya ialah –Naftolftalein-o-cresolftalein,
Thymolftalein. Indikator sulfoftalein dibuat dari kondensasi anhidrida ftaleindan
sulfonat. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Thymol blue, m-cresol purple, Chlorofenolred,Bromofenolred,
Bromofenolblue, Bromocresolred, dan sebagainya
b. Indikator Azo
Indikator azo diperoleh
dari reaksi amina aromatik dengan garam diazonium, misalnya Methyl yellow atau p-dimetil amino azo benzene. Methyl Orange, methyl Red dan Tropaelino termasuk dalam golongan ini.
Indikator azo menunjukkan kenaikan
disosiasi bila temperature naik. Proton ditarik dari ion amonium tersier
meninggalkan suatu residu tak bermuatan.
c. Indikator Trifenil metana
Indikator Trifenil
metana seperti Malachite Green, Methyl
violet dan Kristal violet merupakan indikator yang memiliki 3 gugus fenol
yang dirangkai oleh gugus metana (Hamdani, 2012).
2.6
Aplikasi Asidi-Alkalimetri
2.6.1 Penentuan
Kadar Karbonat dan Hidrogen Karbonat
Asam karbonat merupakan asam diprotik, yang dapat membentuk
garam karbonat dan garam hidrogen karbonat. Dalam air kedua garam ini bersifat
basa sehingga secara bertahap dapat dititrasi dengan asam kuat. Persamaan
reaksi yang terjadi antara asam garam karbonat dan garam hidrogen karbonat
dengan asam kuat adalah :
CO32- (aq) + H+ (aq) ®
HCO3- (aq) pKa = 6,37 (1)
HCO32- (aq) + H+ (aq) ®
H2CO3 (aq) pKa = 10,32 (2)
Mekanisme reaksi yang terjadi
antara lain, pertama, seluruh Na2CO3 bereaksi dengan HCl
membentuk NaHCO3 , yang terjadi pada titik ekivalen (TE) pertama
yaitu pada pH TE = (6,37+10,32)/2 =
8,345. Kemudian NaHCO3 dari sampel dan NaHCO3 hasil
perubahan Na2CO3 bereaksi dengan HCl membentuk H2CO3.
Titik ekivalen reaksi ini terjadi pada pH sekitar 3,8.
Dari persamaan reaksi pertama,
dapat diketahui jumlah mol Na2CO3 yang bereaksi setara
dengan mol HCl pada reaksi pertama. Sedangkan jumlah mol NaHCO3 dari
sampel setara dengan jumlah mol HCl pada reaksi kedua dikurangi jumlah mol HCl
pada reaksi pertama. Kadar analit dapat
dihitung berdasarkan rumus :
Kadar analit (%) = M x V x P x MR
analit x 1/gr sampel x 100%
M = konsentrasi analit
V = volum analit
P = faktor pengenceran
BAB
III
BAHAN DAN PERALATAN
BAHAN DAN PERALATAN
3.1
Bahan dan Fungsi
Adapun bahan percobaan yang digunakan
yaitu sebagai berikut :
3.1.1
Asam Asetat (CH3COOH)
Fungsi : sebagai zat yang akan ditentukan kadar asam
asetatnya
A. Sifat
Fisika
1.
Rumus molekul : CH3COOH
2.
Massa molar : 60,05
gram/mol
3.
Titik lebur :
16,5 oC
4. Titik didih : 118,1 oC
5. Densitas : 1,049 gcm-3
B.
Sifat Kimia
1. Memiliki
konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6,2.
2. Bersifat
korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng.
3. Asam
asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan garam
asetat bila bereaksi dengan alkali.
4. Molekul-molekul
asam asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen.
5. Salah
satu asam karboksilat yang paling sederhana, setelah asam format.
(Wikipedia, 2011a)
3.1.2
Asam Sulfat (H2SO4)
Fungsi : sebagai larutan untuk menstandarisasi larutan NaOH
A.
Sifat Fisika
1. Massa molar :
98,08
g/mol
2. Densitas :
1,18 g/cm3
3. Titik leleh :
-27,32 oC (247K) larutan 38%
4. Titik
didih : 110 °C
(383 K), larutan 20,2%
5. Kelarutan dalam air :
tercampur penuh
B. Sifat Kimia
1.
Asam sulfat bersifat korosif.
2.
Asam sulfat adalah asam kuat.
3.
Asam yang mempunyai dua valensi.
4.
Menghasilkan
panas apabila dicampurkan dengan air.
5.
Tak berwarna.
(Wikipedia,
2011b)
3.1.3 Natrium Hidroksida (NaOH)
Fungsi : sebagai peniter untuk mentitrasi sampel.
A. Sifat
Fisika
1.
Rumus
molekul : NaOH
2.
Berat
molekul : 39,9971
gram/mol
3.
Densitas
: 2,13 g/cm3
padat
4.
Titik
lebur : 318 oC
(591 K)
5.
Titik
didih : 1388 oC
(1661 K)
B. Sifat Kimia
1.
Berwarna
putih atau praktis putih
2.
Larut
dalam etanol dan air
3.
Tidak
larut dalam dietil eter
4.
Mudah
terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida
5.
Menyerap
karbon dioksida dari udara bebas secara spontan
(Wikipedia, 2011c)
3.1.4
Phenolphthalein (C20H14O4)
Fungsi : sebagai indikator yang
menunjukkan titik akhir titrasi.
A.
Sifat Fisika
1.
Rumus
molekul : C20H14O4
2.
Berat molekul :
318,32 g/mol
3.
Titik
lebur : 263 oC
4.
Densitas : 1,299 gr/cm3
pada 32 oC
5.
Berbentuk
kristal
B.
Sifat Kimia
1. Stabil
di bawah suhu normal dan tekanan
2. Bahan
yang tidak cocok kelebihan panas
3. Oksidator
kuat
4. Bahaya
dekomposisi produk karbon monoksida, karbon dioksida
5. Bahaya
polimerisasi tidak akan terjadi
(Material Safety Data Sheet, 1996a)
3.1.5
Aquades (H2O)
Fungsi: sebagai zat pelarut.
A. Sifat Fisika
1.
Berat Molekul : 18,02 gr/mol
2.
Bentuk :
Cairan
3.
Titik Lebur : 0 oC
4.
Titik Didih : 100 oC
5.
pH :
7
B. Sifat Kimia
1.
Bukan bahan berbahaya
2.
Memiliki sejumlah momen dipol
3.
Merupakan pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia
4.
Mengalami proses elektrolisis air
5.
Dalam bentuk ion, air dapat
dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen
(H+) yang berasosiasi (berikatan)
dengan sebuah ion hidroksida (OH-)
(Science Lab, 2005a)
3.2 Peralatan dan Fungsi
Adapun peralatan percobaan yang
digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Pipet
tetes
Fungsi : Untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil.
Fungsi : Untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil.
2. Erlenmeyer
Fungsi : Sebagai wadah zat yang akan dititrasi.
Fungsi : Sebagai wadah zat yang akan dititrasi.
3. Statif
dan klem
Fungsi : Sebagai penyanggah berdirinya buret.
Fungsi : Sebagai penyanggah berdirinya buret.
4. Buret
Fungsi : Sebagai wadah pentiter.
Fungsi : Sebagai wadah pentiter.
5. Beaker Glass
Fungsi : Sebagai tempat / wadah campuran zat diaduk.
Fungsi : Sebagai tempat / wadah campuran zat diaduk.
6. Corong
Fungsi : Untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret.
Fungsi : Untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret.
7. Batang
Pengaduk
Fungsi : Untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terbentuk larutan yang homogen.
Fungsi : Untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terbentuk larutan yang homogen.
8. Gelas
Ukur
Fungsi
: Mengukur larutan sesuai dengan volume yang diperlukan
dalam percobaan.
BAB V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Percobaan
5.1.1 Penyiapan Larutan
NaOH 0,2
N
Tabel 5.1 Data Penyiapan Larutan NaOH 0,2 N
Berat Kristal
NaOH
|
Volume Pelarut
|
Konsentrasi
NaOH
|
4 gram
|
500 ml
|
0,3 N
|
5.1.2 Standarisasi
Larutan NaOH 0,2
N
Tabel 5.2 Data Standarisasi Larutan NaOH
0,2 N
No.
|
Volume
H2SO4
|
Volume NaOH
|
N
NaOH (teori)
|
N
NaOH (praktek)
|
1
|
25 ml
|
76,3 ml
|
|
|
2
|
25 ml
|
79,7 ml
|
0,2 N
|
0,1925
|
Rata - rata
|
25 ml
|
78 ml
|
|
|
5.1.3. Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Beras
Tabel
5.3 Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Beras
NO.
|
Volume Sampel
|
Volume NaOH
|
Konsentrasi CH3COOH
(teori)
|
Konsentrasi CH3COOH
(praktek)
|
1
|
|
85 ml
|
|
|
2
|
25 ml
|
93 ml
|
0,7875
N
|
0,712
N
|
Rata-rata
|
|
89 ml
|
|
|
5.2 Pembahasan
Grafik penambahan volume NaOH pada sampel asam cuka Beras
Gambar
5.1 kenaikan pH asam cuka
Dari grafik kenaikan pH diatas, dapat dilihat bahwa
setiap pentitrasian NaOH 0,2 N sebanyak 15 ml pada sampel cuka Beras dengan kadar 4,5%, pH larutan tersebut akan naik secara konstan, sampai
pada penambahan NaOH 0,2 N sebanyak 105 ml, pada penambahan
105 ml NaOH 0,2 N, CH3COOH habis bereaksi, atau melewati titik
ekuivalennya sehingga pH larutan naik dengan drastis.
Pada
mulanya sebelum ditambahkannya NaOH kedalam larutan, larutan memilki pH 2,42,
dari penambahan volume NaOH pada 15 ml pH larutan naik menjadi 3,9, dari
penambahan volume NaOH pada 30 ml pH larutan naik menjadi 4,387, dari
penambahan volume NaOH pada 45 ml pH larutan naik menjadi 4,67, dari penambahan
volume NaOH pada 60 ml pH larutan naik menjadi 4,938, dari penambahan volume
NaOH pada 75 ml pH larutan naik menjadi 5,24, dari penambahan volume NaOH pada
89 ml pH larutan naik menjadi 5,71, dan mendekati titik ekuivalen, dari penambahan
volume NaOH pada 89 ml pH larutan naik menjadi 5,71, dapat kita lihat bawah pH
bertambah drastis hal ini dikarenakan titrasi sudah melewati titik ekuivalen.
Pada mulanya perubahan pH sangat lamban, tetapi ketika mendekati
titik ekuivalen perubahannya drastis. Gejala ini dapat dijelaskan sebagai
berikut. Pada awal titrasi, terdapat sejumlah besar H+ dalam
larutan. Pada penambahan sedikit ion OH–, pH berubah sedikit, tetapi
mendekati titik ekuivalen, konsentrasi H+ relatif sedikit sehingga
penambahan sejumlah kecil OH– dapat
mengubah pH yang sangat besar.
Titik akhir titrasi dapat sama atau berbeda dengan titik
ekuivalen bergantung pada indikator yang digunakan. Jika indikator yang dipakai
memiliki trayek pH 6–8 (indikator BTB), mungkin titik akhir titrasi sama dengan
titik ekuivalen. Titik akhir
titrasi adalah saat titrasi dihentikan ketika campuran tepat berubah warna. Pada umumnya, pH pada titik akhir
titrasi lebih besar dari pH titik ekuivalen sebab pada saat titik ekuivalen
tercapai, larutan belum berubah warna apabila indikator yang digunakan adalah phenolphthalein (Budiyanto, 2012).
Diperoleh konsentrasi asam asetat dalam cuka adalah
0,7875 N, dengan kadar asam cuka adalah 4,068% dan persen ralat penentuan kadar
asam asetat 9,58%
Hasil
yang diperoleh dari percobaan ini dapat menyimpang dari teori. Adapun hal-hal
yang menyebabkan terjadinya penyimpangan tersebut antara lain:
· Tidak
/ kurang telitinya dalam pembacaan buret.
· Kurang
murninya bahan-bahan yang dipakai.
· Kurang
telitinya saat titrasi.
BAB
VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dari
hasil percobaan, diperoleh konsentrasi asam asetat pada sampel Cuka Beras adalah 0,712 N.
2.
Dari hasil percobaan, kadar asam asetat pada sampel Cuka Beras, adalah
4,068 %.
3. Dari hasil percobaan, dihitung
% ralat dalam percobaan yang dilakukan pada sampel
Cuka Beras adalah
9,58%.
4. Dari
hasil percobaan, pH meningkat seiring dengan penambahan larutan NaOH.
5. Pada
titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah phenolphthalein.
6.2 Saran
Adapun
saran yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Sebaiknya pada
percobaan diadakan titrasi balik supaya kita bisa mengamati perbedaan basa kuat
yang mentitrasi asam lemah dan asam lemah yang mentitrasi basa kuat dengan
menggunakan indikator yang sama sehingga percobaan pun jadi bervariasi.
2.
Sebaiknya
diadakan variasi sampel supaya diperoleh hasil yang bervariasi, contohnya :
cuka apel, tablet redoxon, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
Adipeida. 2013b. Teori
Tentang Asam Basa. http://kimia-asyik.blogspot.com/2009/11/teori-asam-basa.html Diakses pada 2 Juni
2013
Budiyanto.
2012. Titrasi Asam Basa (Penambahan Asam
dan Basa). http://budisma.web.id Diakses pada 12
Juni 2013
Day,
RA dan A.L Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta
Hamdani, Syarif. 2012. Indikator Titrasi Asam Basa. http://catatankimia.com
Diakses pada 2 Juni
2013
Lestari, Iin. 2012. Prinsip Titrasi Asam Basa. http://iinlestari.wordpress/
prinsiptitrasiasambasa.com Diakses pada 2 Juni 2013
Pangganti, Esdi. 2011. Titrasi Asam Basa. . http ://komunitaskimiasma. Blogspot.com
Diakses pada 2 Juni 2013
Science
lab, 2005a. Air .http://www.sciencelab.com
Diakses pada 2
Juni 2013
Wikipedia. 2013a. Asidi-alkalimetri. http ://id.wikipedia.org/wiki/Asidi-alkalimetri Diakses
pada 2
Juni 2013
______.
2011b. Asam Sulfat. http://id.wikipedia.org.Asam_sulfat
Diakses pada 2
Juni 2013
______. 2011c. Natrium Hidroksida. http://id.wikipedia.org.Natrium_Hidroksida Diakses pada 2 Juni 2013
KISAH NYATA..............
ReplyDeleteAss.Saya ir Sutrisno.Dari Kota Jaya Pura Ingin Berbagi Cerita
dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.
KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!
((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))
Pesugihan Instant 10 MILYAR
Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :
Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
dll
Syarat :
Usia Minimal 21 Tahun
Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda
Proses :
Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
Harus siap mental lahir dan batin
Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
Pada malam hari tidak boleh tidur
Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :
Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
Ayam cemani : 2jt
Minyak Songolangit : 2jt
bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt
Prosedur Daftar Ritual ini :
Kirim Foto anda
Kirim Data sesuai KTP
Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR
Kirim ke nomor ini : 085320279333
SMS Anda akan Kami balas secepatnya
Maaf Program ini TERBATAS .