ABSTRAK
Permanganometri
merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat
(KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang
terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Tujuan dari
percobaan Penentuan Fe dengan Cara Permanganometri adalah untuk menentukan
kadar besi (Fe) yang terdapat dalam sampel. Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah sampel yang mengandung Fe, yaitu FeCl3 0,5 N, kalium
permanganat (KMnO4) 0,3 N, asam oksalat
(H2C2O4) 0,3
N, asam sulfat (H2SO4) 1 N,
asam fosfat (H3PO4) 85% dan aquades (H2O). Sedangkan alat yang digunakan yaitu, buret,
corong, statif, erlenmeyer, termometer, gelas ukur, pipet tetes, bunsen, kaki
tiga, kasa penangas air, dan beaker glass.
Prosedur percobaan ini adalah penyiapan larutan kalium permanganat 0,3
N kemudian standarisasi kalium permaganat dengan cara mentitrasi larutan
tersebut menggunakan asam sulfat 1 N dan menentukan kadar besi dengan cara
mentitrasi sampel menggunakan larutan kalium permanganat. Dari percobaan ini
menunjukan bahwa Standarisasi larutan KMnO4 memiliki
konsentrasi teori sebesar 0,3 N sedangkan
konsentrasi praktek sebesar 0,344 N dengan %
ralat sebesar 14,6 % dan kadar besi (Fe) yaitu FeCl3 memiliki
kadar teori sebesar 0,5 N sedangkan kadar praktek 0,2055 N dengan % ralat Fe
sebesar 58,9 %.
Kata kunci: kalium
permanganat, oksidasi, reduksi,
standarisasi, titrasi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Percobaan
Permanganometri
merupakan salah satu reaksi titrasi redoks yang digunakan sebagai penentuan
kadar suatu bahan yang dalam percobaan ini dipakai untuk penentuan kadar Fe3+
dalam larutan FeCl3 yang memanfaatkan sifat reaksi oksidasi-reduksi.Disini
MnO4- bertindak sebagai oksidator yang akan berubah
menjadi Mn+ dalam suasana asam.Kalium Permangat adalah oksidator
yang paling baik untuk menentukan kadar besi yang terdapat dalam sampel yang
berlangsung dalam suasana asam dengan menggunakan asam sulfat.
Kalium permanganat
merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang berbeda-beda,
tergantung dari pH larutannya. Kekuatan sebagai oksidator juga berbeda-beda
sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda pula.Reaksi yang bermacam-macam
ini disebabkan oleh valensi mangan yang beragam.
Dikenal
bermacam-macam titrasi redoks, yaitu Permanganometri,
Dikromatometri, Serimetri, Iodo-iodimetri, dan Bromatometri. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai titrasi redoks
Permanganometri,
yaitu standarisasi dan penerapannya
dalam penentuan besi di dalam bijih-bijih besi.
1.2
Tujuan
Percobaan
Mengetahui
kadar KMnO4 dengan cara mentitrasi oksalat oleh Kalium Permanganat,
mengetahui kadar Fe dengan KMnO4 yang telah didapat konsentrasinya
dengan standarisasi KMnO4, Mengetahui fungsi pemanasan 70-80 oC.
1.3
Rumusan
Masalah
Adapun
masalah yang dirumuskan dalam makalah ini yaitu bagaimana cara menentukan kadar
Fe dalam sampel FeCl3 dengan cara titrasi permanganometri dengan
menggunakan larutan KMnO4 yang merupakan oksidator kuat.
1.4
Manfaat
Percobaan
Manfaat
percobaan permanganometri adalah untuk mengetahui jumlah kadar suatu bahan yang
masih bisa dioksidasi oleh KMnO4 contohnya besi. Percobaan
ini dapat dimanfaatkan
untuk menindentifikasi kadar suatu bahan misalnya Fe dalam suatu larutan
misalnya dalam pengolahan air, dengan percobaan ini bisa diketahui kadarnya dan
dipisahkan untuk keperluan industri lainnya
1.5
Ruang
Lingkup Percobaan
Percobaan
Penentuan Kadar Fe dengan Cara Permanganometri dilakukan di laboratorium Kimia
Analisa, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, dengan
keadaan ruangan:
Tekanan
udara : 760 mmHg
Temperatur
ruangan : 30 oC
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel yang mengandung Fe (dalam
percobaan ini digunakan FeCl3), kalium permanganat (KMnO4)
0,3 N, asam oksalat
(H2C2O4) 0,3 N, asam sulfat (H2SO4)
1 N, asam fosfat (H3PO4) 85% dan Aquades (H2O).
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret, corong, statif,
klem, erlenmeyer, termometer, gelas
ukur, pipet tetes, bunsen, kaki tiga, kasa penangas air, dan beaker glass.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Permanganometri
Salah satu cara pemeriksaan kimia disebut
titrimetri, yakni pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume
larutan preaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat
yang ditentukan. Pemeriksaan titrimetri ini sangat luas pemakaianya hal ini
disebabkan karena beberapa alasan. Pada satu segi,cara ini menguntungkan karena
pelaksanaanya mudah dan cepat,ketelitian dan ketepatanya cukup tinggi. Pada
segi lain, cara ini menguntungkan karena dapat diguanakan untuk menentukan
kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Pada dasarnya cara
titrimetri ini tediri dari pengukuran volume larutan preaksi yang dibutuhkan
untuk bereaksi secara stokiometri dengan zat yang akan ditentukan. Larutan
pereaksi ini biasanya diketahui kepekatanya dengan pasti, dan disebut pentiter
atau larutan baku. Sedangkan proses penambahan pentiter kedalam larutan zat
yang akan ditentukan disebut titrasi. Dalam proses itu bagian demi bagian
pentiter ditambahkan kedalam larutan zat yang akan ditentukan dengan bantuan
alat yang disebut buret sampai tercapai titik kesetaraan. Titik kesetaraan
adalah titik pada saat pereaksi dan zat yang ditentukan bereaksi sempurna
secara stokiometri. Titrasi harus dihentikan pada atau dekat titik kesetaraan
ini. Jumlah volume pentiter yang terpakai untuk mencapai titik kesetaraan ini
disebut volume kesetaraan. Dengan mengetahui volume kesetaraan, kadar pentiter
dan faktor stokiometri, maka jumlah zat yang ditentukan dapat dihitung dengan
mudah ( Rosidi,2010).
Permanganometri merupakan metode titrasi
dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai
titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks.
Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari
100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator
kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat bereaksi secara
beraneka,
karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Underwood,
1999).
Kalium permanganat digunakan secara luas
sebagai pereaksi yang mudah diperoleh, tidak mahal, dan tidak memerlukan suatu
indikator kecuali kalau digunakan larutan larutan yang sangat encer. Satu tetes
0,1 N KMnO4 memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada
volume larutan yang biasanya digunakan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan
untuk menunjukkan kelebihan preaksi ( Rosidi,2010).
2.2 Kalium
Permanganat(KMnO4)
Kalium
Permanganat (KMnO4) telah
banyak digunakan sebagai agen
pengoksidasi selama lebih dari
100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh
dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk
larutan yang amat encer. Satu tetes
permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari
larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasikan
kelebihan reagen tersebut. Permanganat mengalami
beragam reaksi kimia, karena Mangan(Mn) dapat dalam kondisi +2, +3, +4, +6, +7.
Reaksi yang paling
umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi dalam
larutan-larutan yang bersifat asam 0,1 N atau lebih besar :
MnO4-
+ 8H+ + 5e- ↔ Mn2+ + 4H2O Eo
= +1,51 V
Permanganat
bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi ini,
namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Permanganat
adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn (II)
menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan:
3Mn2+ +
2MnO4- + 2H2O → 5 MnO2(s) + 4H+
Sedikit kelebihn
permanganat yang ada pada titik akhir suatu titrasi telah cukup untuk
menimbulkan pengendapan MnO2. Untung bahwa reaksi ini lambat,
sehingga biasanya MnO2 tidak diendapkan pada titik akhir titrasi
permanganat.
Dalam mempersiapkan
larutan permanganat harus dilakukan tindakan pencegahan khusus. Mangan dioksida
mengatalis penguraian larutan permanganate. Runutan MnO2 yang ada
pada awalnya dalam permanganat, atau terbentuk oleh reaksi permanganat dengan
runutan zat pereduksi dalam air, menimbulkan penguraian. Biasanya dianjurkan
untuk melarutkan Kristal, kemudian pemanasan untuk memusnahkan zat pereduksi,
dan penyaringan lewat asbes atau kaca masir (filter yang tak mereduksi) untuk
menyingkirkan MnO2. Larutan itu kemudian distandarkan, dan jika
disimpan dalam gelap dan tak-diasamkan, konsentrasinya tidak akan berubah
dengan nyata dalam kurun waktu beberapa bulan.
Larutan asam dari
permanganat tidak stabil karena asam permanganat terurai menurut persamaan:
4MnO4-
+ 4H- 4MnO2(s) + 3O2(g) +
2H2O
Reaksi ini lambat
dalam larutan encer pada temperatur kamar. Namun, orang tak pernah boleh
menambahkan permanganat berlebih kepada suatu zat pereduksi dan kemudian
menaikkan temperatur untuk mempercepat oksidasi, karena reaksi tersebut di atas
akan berlangsung pada laju yang cukup nyata (Underwood, 1999).
2.3 Prinsip Titrasi Permanganometri
Titrasi Permanganometri
didasarkan pada reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi kimia yang melibatkan
oksidasi-reduksi digunakan secara meluas dalam analisi titrimetri.Misalnya,
besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan suatu larutan standar
serium(IV)sulfat:
Fe2+ + Ce4+
=> Fe3+
+ Ce3+
Suatu
zat pengoksidasi lain yang digunakan secara meluas sebagai suatu titran adalah
kalium permanganat, KmnO4.Reaksinya dengan besi(II) dalam larutan
asam adalah:
5Fe2+ + MnO4- + 8H+
=> 5Fe3+ + Mn2+ 4H2O
(Underwood,
1999).
Titrasi adalah suatu prosedur analisis asam-basa suatu
larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Dalam titrasi suatu larutan asam
yang belum diketahui konsentrasinya, sejumlah volume tertentu asam dimasukkan
ke dalam suatu labu erlenmeyer. Kemudian, suatu titra, berupa basa, yang telah
diketahui konsentrasinya ditambahkan hingga dicapai titik ekuivalen. Pencapaian
titik ekuivalen (saat mol ion H+ = mol ion OH-) pada saat
reaksi berlangsung dapat diketahui dengan indikator (Sentot,2008).
2.4 Standarisasi
Standar-standar
primer untuk permanganat, yaitu :
2.4.1 Natrium
Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4
merupakan standar primer yang baik untukpermanganat dalam larutan asam. Senyawa
ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat
pengeringan, dan non higroskopis. Reaksinya dengan permanganate agak sedikit
rumit dan berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya
dipanaskan sampai sekitar 60 °C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya
mulai dengan lambat, namun kecepatannya eningkat ketika ion mangan (II)
terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dan reaksinya disebut
autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion
tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat
dengan permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau
+4), di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke
kondisi divalent.Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah
5C2O42-
+ 2MnO4- + 16H+ => 2Mn2+ + 10CO2 +
8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4,
Ca dan banyak senyawa lain.
2.4.2
Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi
dapat dijadikan sebagai standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida
encer, dan semua besi (III) yang diproduksi selama proses pelarutan direduksi
menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh permanganat berjalan lambat
pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi, oksidasi akan
berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat
daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini teroksidasi secara
bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan dalam oksidasi
dari As2O3 ataupun Na2C2O4
dalam larutan asam klorida. Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat
dan asam fosfat, disebut larutan “pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt,
dapat ditambahkan ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi
dengan permanganat. Asam fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III)
dengan membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai,
dan juga menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam
media klorida. Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih
jelas.
2.4.3
Arsen
(III) Oksida
Senyawa As2O3 adalah
standar primer yang sangat baik untuk larutan-larutan permanganat. Senyawa ini
stabil, nonhigroskopik, dan tersedia dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
Oksida ini dilarutkan dalam Natrium hidroksida, dan larutan kemudian diasamkan
dengan asam klorida dan dititrasi dengan permanganat (Underwood, 1999).
2.5
Aplikasi Permanganometri
2.5.1
Penentuan Kadar Nitrit
Penentuan
kadar nitrit dalam suatu sample dapat ditentukan melalui titrasi redoks
menggunakan larutan baku kalium permanganat. Penitrasian ini dilakukan dengan
cara yang sedikit berbeda dengan standarisasi larutan kalium permanganat.
Perbedaannya pada standarisasi larutan kalium permanganat, KMnO4
yang digunakan sebagai titran. Sedangkan pada penentuan kadar nitrit, NaNO3
yang digunakan sebagai titran.Penambahan H2SO4 dilakukan
karena H2SO4 ini berfungsi sebagai katalisator untuk
mempercepat laju reaksi dalam keadaan asam. Serta bertujuan untuk mmperkecil
besarnya energi aktifasi yang timbul dan juga agar tidak menghasilkan reaksi
samping. Reaksi yang terjadi :
MnO4- + 8H+ + 5e
=> Mn2+ +
4H2O
Titik akhir
titrasi ditandai dengan tepat hilangnya warna ungu pada larutan. Dengan kata
lain, titik akhir titrasi (titik ekivalen) ditandai dengan terjadinya perubahan
warna pada larutan dari ungu menjadi bening. Perubahan warna ini terjadi karena
titik ekivalen dicapai. Titik ekivalen terjadi karena mol titran sama dengan
mol titrat. Selama titrasi berlangsung KMnO4 lenyap bereaksi.
Tetapi, setelah titrat habis KMnO4 ini warnanya memudar hingga
lenyap akibat reaksi MnO4- dengan Mn2+ hasil
titrasi. Reaksi yang terjadi selama proses titrasi adalah sebagai berikut :
5NO2-
+ 2MnO4- + 6H+ => 2Mn2+
+ 3H2O + 5NO3-
Volume
rata-rata natrium nitrit yang digunakan untuk titrasi adalah 1,85 ml. Dari
hasil perhitungan didapatkan kadar nitrit yaitu 5,17 %. Pada percobaan ini,
tidak menggunakan indikator karena larutan KMnO4 dapat dipakai untuk
indikator penentuan titik akhir titrasi. KMnO4 tidak memiliki range
pH, tetapi hanya bekerja sebagai indikator pada umumnya.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan Percobaan
Permanganometri merupakan suatu metode titrasi yang berdasarkan reksi
oksidasi reduksi. Dalam percobaan yang
dilakukan digunakan konsentrasi KMnO4 yaitu 0,3 N. Sedangkan yang
didapatkan pada standarisasi KMnO4 adalah 0,0344 N dengan persen
ralat 14,6 %.
Reaksinya:
2KMnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4
→ 2MnSO4 + 10CO2 + 8H2O
Reaksi reduksi-oksidasi tersebut
berjalan lambat, oleh karena itu, titrasi dilakukan dalam keadaan panas pada
suhu 70-80 oC karena suhu tersebut adalah suhu optimum KMnO4
untuk mengoksidasi asam oksalat. Pada penentuan kadar Fe bahan yang digunakan
adalah FeCl3 oleh karena itu digunakan asam fosfat sebagai larutan
pencegah.Suatu larutan mangan(II)sulfat,asam sulfat,dan asam fosfat, yang
disebut larutan “pencegah” atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan
dalam larutan asam klorida dari besi sebelum titrasi dengan permanganate. Asam
fosfat menurunkan konsentrasi ion besi(III) dengan pembentukan kompleks,
sehingga membantu untuk memaksa agar reaksi berjalan lengkap, dan menghilangkan
warna kuning yang diperagakan besi(III) dalam media klorida. Kompleks fosfat
tidak berwarna dan titik akhir akan menjadi lebih jelas (Underwood,1999).
Didapat konsentrasi Fe sebesar 0,2055 N dalam sampel FeCl3 dari
percobaan dengan konsentrasi teori 0,5 N, dan persen ralat adalah 58,9 % dari
larutan sampel. Pada percobaan didapat konsentrasi kalium permanganometri adalah
0,344 N sedangkan pada teori adalah 0,3 N dan persen ralat adalah 14,6 %.
Reaksinya:
5Fe2+
+ MnO4- + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ +
4H2O
Besarnya persen ralat yang didapat,
dapat disebabkan oleh banyak hal. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya keadaan seperti ini adalah:
1. Percobaan dilakukan dalam waktu yang lama antara masing-
masing run, larutan KMnO4 pada buret akan teroksidasi menjadi
MnO2 karena terkena cahaya
2. Kurang
telatennya praktikan dalam memakai alat serta menyuci alat setelah dipakai dan
ingin digunakan lagi
3. Pembacaan
buret tidak teliti oleh praktikan dan keran buret yang kurang lancar sehingga bisa melewati titik akhir
titrasi memungkinkan terjadinya kesalahan dalam penentuan volume KMnO4
4. Pemberian
KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4
yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan maka dapatditarik
kesimpulan yaitu :
1.
Permanganometri adalah merupakan metode titrasi yang
berdasarkan reaksi oksidasi reduksi.
2.
Dalam
suasana asam titrasi permanganometri berjalan dengan keadaan lambat akibat dari
asam sulfat yang tidak bereaksi dengan kalium permanganat dalam keadaan encer.
3.
Fungsi pemanasan 70 – 80 °C adalah
karena suhu tersebut merupakan suhu optimum KMnO4 untuk
mengoksidasi H2C2O4 (asam oksalat). Jika
dibawah 70 – 80 °C maka reaksi akan berjalan lambat dan akan mengubah MnO4- menjadi
Mn2+ yang berupa endapan cokelat sehingga TAT susah untuk dilihat.
Sedangkan jika di atas 70 – 80 °C maka akan merusak asam oksalat, mengubah asam
oksalat (H2C2O4) menjadi CO2 dan
H2O sehingga hasil akhir akan lebih sedikit.(Underwood,1999)
4.
Konsentrasi
KMnO4 dalam penghitungan teori yaitu 0,3 N.
5.
Konsentrasi
praktek Fe yang terkandung dalam sampel adalah sebesar 0,2055 N, dan
konsentrasi teori dari sampel FeCl3 adalah sebesar 0,5 N. Persen
ralat yang diperoleh adalah 58,9 %.
6.
Larutan
KMnO4 distandarisasi dengan asam oksalat dan asam sulfat pada suhu
70 – 80 oC, sehinggga diperoleh konsentrasi praktek KMnO4
adalah sebesar 0,344 N dan persen ralat sebesar 14,6 %.
4.2
Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu :
1. Disarankan untuk mengganti larutan H2C2O4
dengan larutan yang lain agar diketahui perbandingan,
misalnya HCl.
2. Untuk
menghindari terkontaminasinya larutan KMnO4 diusahakan agar
percobaan lebih cepat dilaksanakan dan larutan KMnO4 selalu tertupi
agar terhindar dari cahaya
3. Disarankan untuk mengganti larutan H2SO4 dengan
larutan asam lainnya agar lebih banyak perbandingan yang
diperoleh, misalnya HCl.
4. Sebaiknya
para praktikan lebih teliti dalam membaca buret agar tidak ada kesalahan dalam
mengambil data
5. Sebaiknya
tidak terlalu banyak memasukan KMnO4, masukan seperlunya saja
kedalam buret agar tidak terlalu lama KMnO4 didalam buret dan
bereaksi dengan cahaya
6. Sebaiknya
larutan FeCl3 didiamkan sebentar setelah dipanaskan dan jangan
langsung dititrasi karena akan mengakibatkan titrasi KMnO4 gagal.
7. Sebaiknya larutan
KmnO4 disimpan dalam botol yang tidak transparan(bewarna gelap)
karena akan terjadi reaksi oksidasi KMnO4 menjadi MnO2.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Rahardjo, Sentot.2008.Kimia Berbasis Eksperimen 2. Solo:Platinum
Tarigan,
Rosidi.2010.Analisa Kalsium Oksida (CaO)
Pada Berbagai Jenis Pakan
Ayam Secara Titrasi Permanganometri di Baristand Industri Medan. Medan
Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:Erlangga