Tokopedia

Tokopedia
Jas Hujan

Laporan (KK) Kurva Kelarutan

Cara
ABSTRAK

Kelarutan adalah banyaknya zat terlarut maksimal yang dapat larut dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan. Percobaan kurva kelarutan ini bertujuan untuk mencari titik jenuh (critical solution) serta Ksp dari beberapa sistem padat-cair. Bahan-bahan yang digunakan yaitu Asam Benzoat (C7H6O2) sebagai zat terlarut, aquadest (H2O) dan Larutan cap kaki tiga sebagai zat pelarut. Alat-alat yang digunakan terdiri dari termometer, penutup gabus, penjepit tabung, erlenmeyer, penangas air, kasa, kaki tiga, dan bunsen. Percobaan ini dimulai dengan mencampurkan zat terlarut dan pelarut dengan jumlah tertentu sehingga membentuk larutan keruh, kemudian dipanaskan pada penangas air sampai larutan mulai jernih dan suhunya dicatat. Lalu larutan didinginkan sampai keruh kembali dan suhunya dicatat. Setelah itu ditambahkan pelarut ke dalam larutan dan prosedur diulang sampai larutan tidak keruh lagi pada suhu kamar. Hasil dari percobaan yang dilakukan terhadap Asam Benzoat (C7H6O2) untuk pelarut aquadest  pada run I , II, dan III diperoleh kelarutan secara praktek sebesar 0,5776 M; 0,7396 M; dan 0,92 M dan Ksp teorinyanya sebesar 12,39; 9,12; 20,25 dan dengan persen ralat sebesar 95,33 %; 91,89 %; dan 95,45 %. Sedangkan Hasil dari percobaan yang dilakukan terhadap Asam Benzoat (C7H6O2) untuk pelarut larutan cap kaki tiga diperoleh kelarutan secara praktek sebesar 0,7396 M dan Ksp teorinya sebesar 9,12 M dengan persen ralat sebesar 91,89 %.

Kata kunci : kelarutan, Ksp, temperatur jernih, temperatur keruh, % berat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Larutan merupakan campuran yang homogen, yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung dua komponen atau lebih yang disebut zat terlarut (solut) dan pelarut (solven). Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Contonhnya air merupakan pelarut sedangkan gula merupakan zat terlarut.
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Adapun kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jeuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogeny (Alfian, 2008).
Mekanisme dalam proses pembentukan suatu larutan adalah zat terlarut bereaksi secara kimia dengan pelarut dan membentuk zat yang baru kemudian zat terlarut membentuk zat tersolvasi dengan pelarut sehingga terbentuk larutan berdasarkan disperse (Azizah dan Sukarmin, 2004).
Adapun yang melatar belakangi percobaan ini adalah untuk melengkapi persyaratan penilaian praktikum Kimia Fisika, menambah wawasan dan memahami kelarutan berbagai macam zat serta faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan. Selain itu kelarutan suatu zat selalu berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu praktikum kurva kelarutan ini sangat bermanfaat dalam pengaplikasian kehidupan sehari-hari.

1.2  Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari percobaan kini adalah bagaimana menentukan titik jenuh (critical solution) dari suatu larutan asam benzoat dan aquadest serta asam benzoat dan cap kaki tiga, serta hasil kali kelarutan atau Ksp dari sistem padat cair.
1.3  Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan titik jenuh (critical solution) serta hasil kali kelarutan atau Ksp dari beberapa sistem padat cair dari sampel yang digunakan, dari asam benzoat dan aquadest serta asam benzoat dan larutan cap kaki tiga.

1.4  Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah :
1.      Praktikan dapat menentukan titik jenuh dan ketetapan hasil kali kelarutan suatu zat terlarut dalam pelarutnya melalui percobaan di dalam laboratorium.
2.      Praktikan dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tetapan hasil kali kelarutan pada suatu sistem padat-cair.
3.      Praktikan dapat mengetahui pengaplikasian perobaan kuva kelarutan ini dalam bidang indutri.

1.5  Ruang Lingkup Percobaan
Percobaan Kurva Kelarutan ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara pada kondisi ruangan : 
Tekanan Udara            :  760 mmHg
Suhu Udara                 :  29 oC
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam benzoat (C7H6O2), aquadest (H2O) dan larutan cap kaki tiga. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah termometer, erlenmeyer, kasa, kaki tiga, bunsen, penjepit tabung, penangas air dan gabus.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Tinjauan Pustaka Kurva Kelarutan
2.1.1  Larutan
Larutan merupakan campuran yang homogen, yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Proses terjadinya suatu larutan dapat mengikuti salah satu mekanisme berikut:
(a) Zat terlarut bereaksi secara kimia dengan pelarut dan membentuk zat yang baru,
(b) Zat terlarut membentuk zat tersolvasi dengan pelarut,
(c) Terbentuknya larutan berdasarkan dispersi
Larutan dapat berfase padat, dalam larutan pada pelarutnya dalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan tertentu dimana atom terlarut mengarah beberapa atom pelarut dalam larutan padat lain. Atom terlarut dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi pelarut. Pembentukan larutan padat ini terjadi apabila atom terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang-lubang dan diantara atom pelarut.
Pada umumnya larutan berfase cair, salah satu komponen (penyusun) larutan semacam itu adalah suatu cairan sebelum campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut (solven) komponen lain yang dapat berbentuk padat, cair, ataupun gas, dianggap sebagai zat kedalam komponen pertama, zat terlarut itu disebut solute. Faktor utama yang berpengaruh dalam kemampuan terjadi larutan adalah kemampuan atau gaya tarik-menarik antara partikel larutan dan pelarut yang menghasilkan bentuk partikel terlarut.
Berdasarkan pelarutnya, larutan terbagi menjadi tiga yaitu :
a.     Larutan padat : pelarutnya berupa zat padat
Contoh : larutan karbon dalam besi
b. Larutan cair : pelarutnya berupa zat cair
Contoh : larutan gula dalam air
b. Larutan gas : pelarutnya berupa gas
Contoh : larutan uap air dalam udara
(Silvia, 2012)
2.1.2 Proses Pembentukan Larutan
Proses terjadinya suatu larutan dapat mengikuti salah satu mekanisme berikut:
1.    Zat terlarut bereaksi secara kimia dengan pelarut dan membentuk zat yang baru.
2.    Zat terlarut membentuk zat tersolvasi dengan pelarut.
3.    Terbentuknya larutan berdasarkan dispersi.
Reaksi kimia dengan pelarut dapat terjadi apabila ada interaksi antara pelarut dan zat terlarut dengan pemutusan satu atau lebih ikatan kimia.
Contoh dari gejala ini adalah:
P2O5 + 3H2O     =>      2 H3PO4
NH3 + H2O     =>      NH4OH
Pada contoh diatas terbentuk sistem homogen tetapi sifat kimia zat terlarut berubah.
Golongan yang kedua, masih menunjukkan adanya antaraksi antarpelarut dan zat terlarut, tetapi tidak sekuat golongan yang pertama dan tidak disertai perubahan sifat dari zat terlarut. Antaraksi yang terjadi ialah bentuk solvasi, dan dinamakan hidratasi jika pelarutnya air. Solvasi biasanya disebabkan karena adanya antaraksi antara pelarut polar terhadap zat terlarut yang polar pula, seperti bila garam NaCl dilarutkan dalam air (Azizah dan Sukarmin, 2004).
2.1.3 Kelarutan
Banyaknya zat terlarut maksimal yang dapat larut dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat tergantung pada suhu, volume pelarut, dan ukuran zat terlarut. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, disebut larutan tidak jenuh. Sedangkan suatu keadaan dengan zat terlarut lebih banyak dari pada pelarut, disebut larutan lewat jenuh (Azizah dan Sukarmin, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain :
1.    Pengaruh jenis zat pada kelarutan
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible).
2.    Pengaruh temperatur pada kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
3.    Pengaruh tekanan pada kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air (Romdhoni,2009).
4.    Pengaruh pengadukan pada kelarutan
Pengadukan juga menentukan kelarutan zat terlarut. Semakin banyak jumlah pengadukan, maka zat terlarut umumnya menjadi lebih mudah larut
5.    Pengaruh luas permukaan sentuh zat pada kelarutan
Kecepatan kelarutan dapat dipengaruhi juga oleh luas permukaan (besar kecilnya partikel zat terlarut). Luas permukaan sentuhan zat terlarut dapat diperbesar melalui proses pengadukan atau penggerusan secara mekanis. Gula halus lebih mudah larut dari pada gula pasir. Hal ini karena luas bidang sentuh gula halus lebih luas dari gula pasir, sehingga gula halus lebih mudah berinteraksi dengan air (Azizah dan Sukarmin, 2004).
2.Aplikasi Kurva Kelarutan dalam Industri
2.2.1 Pemurnian Natrium Klorida dengan Menggunakan Natrium Karbonat
Natrium Klorida merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan masyarakat dalam pengolahan makanan dan bahan baku dalam berbagai industri kimia. Industri kimia yang paling banyak menggunakan Natrium Klorida sebagai bahan bakunya adalah industri Chlor Alkali. Produk utama dari industri ini adalah klor (Cl2) dan Natrium Hidroksida (NaOH), yang banyak dibutuhkan oleh industri yang lain, seperti industri pulp, deterjen dan sabun.
Teknologi terbaru yang digunakan dalam industri Chlor Alkali adalah elektrolisa larutan garam (brine). Teknologi ini digunakan karena harga bahan baku lebih murah, kemurnian produk lebih tinggi, tekanan dan temperatur operasinya rendah. Proses elektrolisa larutan garam umumnya menggunakan sel membran karena dibandingkan dengan sel diafragma dan sel merkuri, sel membran dapat menghasilkan produk elektrolisa dengan kemurnian lebih tinggi. Tetapi kelemahan dari sel membran itu sendiri adalah larutan garam yang diumpankan ke electroyzer harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan proses pemurnian larutan garam dari impuritasnya sebelum diumpankan ke electrolyzer. Proses pemurnian ini bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi dari cells electrolytic yang dilakukan dengan cara menghilangkan impuritas seperti ion calcium, dan magnesium yang terdapat dalam larutan garam. Impuritas-impuritas tersebut dapat bereaksi dengan ion karbonat membentuk endapan putih yaitu CaCO3. Dengan penambahan Na2CO3 dalam larutan garam akan terbentuk endapan CaCO3 yang nantinya akan dipisahkan dalam larutan sehingga ion Ca2+ yang masih tersisa dalam larutan akan memenuhi baku mutu sebagai umpan electrolyzer (Lesdantina, 2009).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1       Bahan dan Alat
3.1.1    Bahan
            Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
3.1.1.1 Asam Benzoat (C7H6O2)
            Fungsi: Sebagai sampel yang akan ditentukan kelarutannya.
A.    Sifat-sifat Fisika
1.      Bentuk                        : padatan
2.      Berat molekul              : 122,12 gr/mol
3.      Densitas                      : 1,2659 g/cm3
4.      Titik leleh                    : 122,4 oC
5.      Titik beku                    : 249,2 oC

B.     Sifat-sifat Kimia
1.      Larut dalm air.
2.      Tidak korosif terhadap kaca.
3.      Tidak mengalami polimerisasi.
4.      Berupa padatan kristal tak berwarna.
5.      Tidak reaktif.
 (Sciencelab, 2005a)
3.1.1.2 Air (H2O)
            Fungsi: Sebagai pelarut sampel dan media pemanas larutan.
A.    Sifat-sifat Fisika
1.      Bentuk molekul           : cairan
2.      Berat molekul              : 18,0153 g/mol
3.      Densitas                      : 1000 kg/cm3
4.      Titik lebur                    : 0 oC
5.      Titik didih                   : 100 oC

B.     Sifat-sifat Kimia
1.    Berada dalam kesetimbangan dinamis antara fasa cair dan padat
2.    Merupakan pelarut universal
3.    Tidak bersifat korosif
4.    Bersifat netral (pH = 7) dalam keadaan murni
5.    Tidak terjadi polimerisasi
(Sciencelab, 2005b)
3.1.2    Alat
            Adapun peralatan-peralatan yang digunakan pada percobaan ini antara lain:
1.      Termometer
Fungsi : Untuk mengukur suhu saat larutan mulai jernih dan mulai keruh.
2.      Gelas Ukur
Fungsi : Untuk mengukur volume larutan yang akan digunakan.
3.      Erlenmeyer
Fungsi : Sebagai wadah untuk memanaskan larutan.
4.      Kasa
Fungsi : Sebagai tempat meletakkan penangas air
5.      Kaki Tiga
Fungsi : Sebagai penyangga penangas air
6.      Bunsen
Fungsi : Sebagai sumber panas
7.    Penjepit Tabung
     Fungsi : Untuk menjepit erlenmeyer ketika dilakukan pemanasan
8.         Gabus
Fungsi : menutup mulut Erlenmeyer agar uap saat pemanasan tidak keluar.



3.2  Prosedur Percobaan Kurva Kelarutan
1.      Sampel ditimbang sesuai dengan lembar penugasan.
2.      Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan 5 mL aquadest.
3.      Labu erlenmeyer ditutup dengan gabus yang dilengkapi dengan termometer lalu diberi lem glukol disekitarnya.
4.      Selanjutnya labu erlenmeyer tersebut dipanaskan dalam hot plate sampai larutan jernih. Suhu pada saat itu dicatat.
5.      Labu diangkat dan dibiarkan dingin, dan suhu pada saat larutan mulai keruh dicatat.
6.      Ke dalam labu erlenmeyer ditambahkan aquadest sesuai dengan lembar penugasan dan point 3,4,5 diulangi beberapa kali sampai temperature kamar tidak terjadi lagi kristalisasi.
7.      Prosedur diulangi untuk sampel yang lain.


BAB IV
 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Percobaan
4.1.1 Sampel Asam benzoat Dengan Pelarut Air
Tabel 4.1 Tabel Hasil Percobaan Untuk Sampel Asam benzoat
Berat Sampel
Vol H2O (mL)
Temperatur Jernih (oC)
Temperatur Keruh (oC)
% Berat Zat Terlarut
0,7
5
95
43
12,28
7
90
40
9,09
9
87
37
7,22
0,8
5
97
47
13,79
7
93
44
10,26
9
90
40
8,16
0,9
5
98
50
15,25
7
95
47
11,39
9
93
44
9,09


4.1.2 Sampel Asam benzoat Dengan Pelarut Larutan Cap Kaki Tiga
Tabel 4.2 Tabel Hasil Percobaan Untuk Sampel Asam benzoat
Berat Sampel
Vol Pelarut (mL)
Temperatur Jernih (oC)
Temperatur Keruh (oC)
% Berat Zat Terlarut
0,8
5
95
49
13,79
7
93
46
10,26
9
90
43
8,16



4.2  Pembahasan
Pelarut Air
4.2.1  Temperatur Jernih terhadap Volume Larutan

Gambar 4.1 Temperatur Jernih Terhadap Volume Larutan 
Pada Gambar 4.1, grafik perbandingan temperatur jernih terhadap volume larutan yang diperoleh setelah melakukan percobaan, dapat dilihat bahwa temperatur jernih berbanding terbalik dengan volume larutan. Semakin besar volume larutan, maka semakin kecil temperatur jernihnya.
Pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi (Azizah dan Sukarmin, 2004).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.

4.2.2  Temperatur Keruh terhadap Volume Larutan

Gambar 4.2 Temperatur Keruh terhadap Volume Larutan 
Pada Gambar 4.2, grafik perbandingan temperatur keruh terhadap volume larutan yang diperoleh setelah melakukan percobaan, dapat dilihat bahwa temperatur keruh berbanding terbalik dengan volume larutan. Semakin besar volume larutan, maka semakin kecil temperatur keruhnya.
Pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi (Azizah dan Sukarmin, 2004).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.
4.2.3  Temperatur Jernih terhadap Kelarutan Sampel
Gambar 4.3 Temperatur Jernih terhadap Kelarutan Sampel 
Pada Gambar 4.3, grafik perbandingan temperatur jernih terhadap kelarutan sampel yang diperoleh setelah melakukan percobaan, dapat dilihat bahwa temperatur jernih berbanding lurus dengan kelarutan. Semakin besar kelarutan, maka semakin besar temperatur jernihnya.
Pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi (Azizah dan Sukarmin, 2004).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.

4.2.4  Temperatur Keruh terhadap Kelarutan Sampel
Gambar 4.4 Temperatur Keruh terhadap Kelarutan Sampel 
Pada Gambar 4.4, grafik perbandingan temperatur keruh terhadap kelarutan sampel yang diperoleh setelah melakukan percobaan, dapat dilihat bahwa temperatur keruh berbanding lurus dengan kelarutan. Semakin besar kelarutan, maka semakin besar temperatur keruhnya.
Pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi (Azizah dan Sukarmin, 2004).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.

4.2.5  Temperatur Jernih terhadap % Berat Sampel
Gambar 4.5 Temperatur Jernih terhadap % Berat Sampel
Pada Gambar 4.5, grafik perbandingan temperatur jernih terhadap % berat sampel yang diperoleh setelah melakukan percobaan, dapat dilihat bahwa temperatur jernih berbanding lurus dengan % berat sampel. Semakin besar % berat sampel, maka semakin besar temperatur jernihnya.
Pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi (Azizah dan Sukarmin, 2004).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.

4.2.6  Temperatur Keruh terhadap % Berat Sampel
Gambar 4.6 Temperatur Keruh terhadap % Berat Sampel

Pada Gambar 4.6, grafik perbandingan temperatur keruh terhadap % berat sampel yang diperoleh setelah melakukan percobaan, dapat dilihat bahwa temperatur keruh berbanding terbalik dengan % berat sampel. Semakin besar % berat sampel, maka semakin kecil temperatur keruhnya.
Pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi (Azizah dan Sukarmin, 2004).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.

Pelarut Larutan Cap Kaki Tiga
4.2.7        Temperatur Jernih terhadap Kelarutan Sampel
Gambar 4.7 Temperatur Jernih terhadap Kelarutan Sampel

Pada Gambar 4.7, grafik perbandingan temperatur jernih terhadap kelarutan sampel yang diperoleh setelah melakukan percobaan, dapat dilihat bahwa temperatur jernih berbanding lurus dengan kelarutan. Semakin besar kelarutan, maka semakin besar temperatur jernihnya.
Pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi (Azizah dan Sukarmin, 2004).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.

4.2.8  Temperatur Keruh terhadap Kelarutan Sampel
Gambar 4.8 Temperatur Keruh terhadap Kelarutan Sampel

Pada Gambar 4.8, grafik perbandingan temperatur keruh terhadap kelarutan sampel yang diperoleh setelah melakukan percobaan, dapat dilihat bahwa temperatur keruh berbanding lurus dengan kelarutan. Semakin besar kelarutan, maka semakin besar temperatur keruhnya.
Pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi (Azizah dan Sukarmin, 2004).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
             5.1    Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan Kurva Kelarutan, maka praktikan dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Jika volume larutan makin besar, maka temperatur jernih dan keruh akan semakin kecil, dan apabila volume larutan maki

n kecil, maka temperatur jernih dan keruh akan semakin besar. 
2. Jika temperatur makin besar, maka kelarutan suatu sampel juga akan semakin besar, dan apabila temperatur makin kecil, maka kelarutan suatu sampel juga akan semakin kecil.
3. Harga Ksp dari Asam benzoat 0,7 gram dengan pelarut air secara teori adalah 12,39 M , sedangkan harga prakteknyanya diperoleh 0,5776 M. Sehingga % ralatnya adalah 95,33%.
4. Harga Ksp Asam benzoat 0,8 gram dengan pelarut air secara teori adalah 9,12 M. Sedangkan harga prakteknya adalah 0,7396 M. Sehingga % ralatnya adalah 91,89 %.
5. Harga Ksp dari Asam benzoat 0,9 gram dengan pelarut air secara teori adalah 20,25 M, sedangkan harga prakteknyanya diperoleh 0,92 M. Sehingga % ralatnya adalah 95,45 %.
6. Harga Ksp dari Asam benzoat 0,8 gram dengan pelarut larutan cap kaki tiga secara teori adalah 9,12 M , sedangkan harga prakteknya diperoleh 0,7396 M. Sehingga % ralatnya adalah 91,89 %.
5.2 Saran
Setelah melakukan percobaan Kurva Kelarutan, maka saran–saran yang dapat diberikan oleh praktikan adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya digunakan sampel lain seperti sukrosa untuk dijadikan perbandingan dengan percobaan lain, karena dengan mengetahui titik jenuh sampel lain kita dapat lebih paham mengenai pemisahan zat dalam sistem padat-cair.
2. Sebaiknya pelarut yang digunakan menggunakan aquadest (H2O), karena lebih murni dibandingkan dengan air kran.
3. Dalam melakukan pengukuran suhu, disarankan agar termometer tidak menyentuh dasar labu erlenmeyer agar pengukuran suhu lebih akurat.
4. Disarankan agar dalam pemanasan labu erlenmeyer tidak sampai menyentuh dasar penangas air agar tidak terjadi kenaikan suhu secara drastis.
5. Sebaiknya saat meletakkan sampel kedalam labu erlenmeyer tidak menyisakan sampel pada dinding labu, agar jumlah pelarut yang diuji sesuai.


DAFTAR PUSTAKA

Arangga, Daymas., Saputra, Dedi., Listiya, Dela., Osty, Deny., P, Dewanty O., Ardiansyah, Dhika., P, Diastuti T., Putra, Dibyo Raditya., Yudha, Dicky., Agung, Dimas., Pratama, Dinda. 2008. Sifat Larutan. http://www.scribd.com/
Azizah, Dra. Utiya, M.Pd. dan Sukarmin, Drs. M.Pd. 2004. Larutan Asam Basa : Surabaya.http://www2.jogjabelajar.org/modul/.../6_larutan_asam_basa. pdf(larutan asam basa). Diakses pada 8 April 2013.
doc/103111186/makalah-sifat-larutan. Diakses pada tanggal  8 April 2013.
Erley. 2011. http://id.scribd.com/doc/73366576/laporan-2-pembuatan-larutan
            Diakses pada  8 April 2013.

Kirk, Eller Raymond dan Donald Frederick Othmer. 1998. Encyclopedia of Chemical

Technology. New York : University of Michigan.

Lesdantina, D. 2009. Pemurnian Natrium Klorida dengan Menggunakan Natrium Karbonat. http:// eprints.undip.ac.id/1337/. Diakses 8 April 2013.
Partang, A. 2008. Laporan Praktikum Kelarutan. Jurusan farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar.
Romdhoni. 2009. Larutan. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Sciencelab. 2005a. Material Safety Data Sheet Benzoid Acid MSDS. http://www.sciencelab. com.msds.php?msdsId=9922921. Diakses 8 April 2013.
_________. 2005b. Material Safety Data Sheet Water MSDS. http://www.sciencelab. com.msds.php?msdsId=9922918. Diakses  8 April 2013.
Scrib. 2011. http://id.scribd.com. Diakses pada  8 April 2013.



Cara

1 comment:

  1. KISAH NYATA..............
    Ass.Saya ir Sutrisno.Dari Kota Jaya Pura Ingin Berbagi Cerita
    dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
    saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
    saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
    internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
    awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
    sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
    Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.

    KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
    BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!

    ((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))

    Pesugihan Instant 10 MILYAR
    Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :

    Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
    Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
    dll

    Syarat :

    Usia Minimal 21 Tahun
    Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
    Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
    Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
    Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda

    Proses :

    Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
    Harus siap mental lahir dan batin
    Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
    Pada malam hari tidak boleh tidur

    Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :

    Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
    Ayam cemani : 2jt
    Minyak Songolangit : 2jt
    bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt

    Prosedur Daftar Ritual ini :

    Kirim Foto anda
    Kirim Data sesuai KTP

    Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR

    Kirim ke nomor ini : 085320279333
    SMS Anda akan Kami balas secepatnya

    Maaf Program ini TERBATAS .

    ReplyDelete